VCT adalah voluntary counselling and testing atau bisa diartikan sebagai konseling dan tes HIV sukarela (KTS). Layanan ini bertujuan untuk membantu pencegahan, perawatan, serta pengobatan bagi penderita HIV/AIDS. VCT bisa dilakukan di puskesmas atau rumah sakit maupun klinik penyedia layanan VCT.
Tahapan dan Proses dalam VCT
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah meluncurkan panduan VCT yang berguna dalam mendeteksi dan menangani HIV secara global. Pedoman tersebut kemudian diterapkan di berbagai negara, khususnya negara berkembang.
Pada prinsipnya VCT bersifat rahasia dan dilakukan secara sukarela. Artinya hanya dilakukan atas inisiatif dan persetujuan seseorang yang datang pada penyedia layanan VCT untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan pun terjaga kerahasiaannya.
Setelah menandatangani persetujuan tertulis, maka VCT dapat segera dilakukan. Adapun proses utama dalam penanganan HIV/AIDS melalui VCT adalah sebagai berikut:
- Tahap Konseling Pra TesTahap ini dilakukan pemberian informasi tentang HIV dan AIDS. Kemudian konselor memulai diskusi dan klien diharapkan jujur menceritakan kegiatan sebelumnya yang dicurigai dapat berisiko terpapar virus HIV, seperti pekerjaan atau aktivitas sehari-hari, riwayat aktivitas seksual, penggunaan narkoba suntik, pernah menerima transfusi darah atau transplantasi organ, memiliki tato dan riwayat penyakit terdahulu.
- Tes HIVSetelah klien mendapatkan informasi yang jelas melalui konseling pra tes, maka konselor akan menjelaskan mengenai pemeriksaan yang bisa dilakukan, dan meminta persetujuan klien untuk dilakukan tes HIV. Setelah mendapat persetujuan tertulis, maka tes dapat dilakukan. Bila hasil tes sudah tersedia, hasil tes akan diberikan secara langsung (tatap muka) oleh konselor.
- Tahapan Konseling Pasca TesSetelah menerima hasil tes, maka klien akan menjalani tahapan post konseling. Apabila hasil tes negatif, konselor tetap akan memberi pemahaman mengenai pentingnya menekan risiko HIV/AIDS. Misalnya, melakukan hubungan seksual dengan lebih aman dan menggunakan kondom. Namun, apabila hasil tes positif, maka konselor akan memberikan dukungan emosional agar penderita tidak patah semangat. Konselor juga akan memberikan informasi tentang langkah berikutnya yang dapat diambil, seperti penanganan dan pengobatan yang perlu dijalani. Termasuk pula cara mempertahankan pola hidup sehat, serta bagaimana agar tidak menularkan ke orang lain.
Pada tahapan-tahapan berikutnya, peran konselor adalah untuk lebih mendukung dan membangun mental penderita agar tetap semangat hidup, dan juga membantu perawatan medis yang umum dilakukan. Selain itu, konselor juga akan memberi saran agar klien mendorong pasangan seksual untuk turut diperiksa.
Manfaat Melakukan VCT
Infeksi HIV/AIDS harus diwaspadai, karena infeksi HIV tidak memiliki gejala awal yang jelas, sehingga tanpa pengetahuan yang cukup penyebaran HIV akan semakin sulit dihindari. Oleh karena itu, VCT perlu dilakukan sebagai langkah awal untuk segera mendapat informasi mengenai HIV, juga agar penderita HIV bisa dilakukan deteksi sedini mungkin dan mendapat pertolongan kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini sangat membantu sebagai langkah pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS.
Kendati belum terdapat pengobatan yang dapat mengentaskan HIV/AIDS secara tuntas, namun sebaiknya tidak berkecil hati karena sudah tersedia pengobatan antiretroviral (ARV) yang digunakan untuk menekan perkembangan virus HIV dalam tubuh penderita, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup dan daya tahan tubuh penderita infeksi HIV agar dapat beraktivitas seperti biasa.
Mayoritas orang yang mengalami HIV/AIDS adalah anak-anak muda. Dengan berbagai penyebab utama, seperti perilaku seksual berisiko yakni sering berganti pasangan seksual dan tidak menggunakan kondom sebagai pengaman, melakukan tindik/tato, atau menggunakan narkoba melalui jarum suntik.
Bagi semua kalangan, terutama mulai sejak masa remaja, perlu diadakan pendidikan dan pemahaman HIV/AIDS agar terhindar dari aktivitas yang memicu penyakit tersebut. Tidak perlu takut untuk menjalani VCT, langkah ini justru dapat membantu meningkatkan pengetahuan mengenai pencegahan dan penanganan HIV/AIDS. Juga dapat membantu untuk semakin mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).
0 komentar:
Posting Komentar